Peningkatan Produksi Komoditas Kedelai Aceh Melalui Start-Up Bidang Pertanian Untuk Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan 2045
Oleh: Wahyu Aulia, S.TP
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim
tropis berhasil menorehkan prestasi yang mendunia dengan melakukan gebrakan
swasembada pangan beras pada tahun 2016. Keberhasilan tersebut mampu memecahkan
kebuntuan setelah 32 tahun Indonesia tidak mencapai target tersebut. Organisasi
pangan dunia, Food Agriculture
Organization (FAO) dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengapresiasi langkah Indonesia dalam berpartisipasi memenuhi kebutuhan pangan dunia
terkhusus di ASEAN melalui kebijakan perbaikan dan pembangunan infrastruktur
pertanian di Indonesia (Acehkita, 2017).
Pencapaian besar yang dilakukan
pemerintah tersebut menjadikan sebuah momen untuk berupaya meningkatkan
kapasitas sebagai negara agraris dengan menargetkan Indonesia lumbung pangan
dunia 2045. Untuk mewujudkan cita-cita menjadikan
Indonesia tersebut, Kementerian Pertanian memfokuskan peningkatan kapasitas
hasil pertanian serta mendorong produksi dengan cara meningkatkan sarana dan
prasarana serta teknologi informasi. Selain pengadaan alsintan, irigasi, dan
teknologi terapan lapangan dibutuhkan juga teknologi informasi (internet) untuk mempermudah perolehan
informasi.
Perkembangan teknologi dan informasi
yang begitu pesat banyak memberikan dampak perubahan dalam kehidupan manusia.
Salah satunya perkembangan StartUp yang
meningkat secara masif di Indonesia, hingga menjadi tren dalam berwirausaha
melalui digital. Istilah kata StartUp
masih terasa asing jika didengar oleh orang banyak. Menurut
sumber informasi Wikipedia, StartUp
adalah sebuah perusahaan rintisan, umumnya disebut start up (atau ejaan lain yaitu start-up),
merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan
ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam
fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Kemunculan
StartUp sendiri mulai popular secara
internasional pada masa buble dot-com. Fenomena buble
dot-com terjadi pada periode 1998-2000 dengan banyak munculnya perusahaan dot-com yang didirikan
secara bersamaan. Pada masa itu sedang gencar-gencarnya perusahaan membuka
website pribadinya sehingga semakin banyak orang yang mengenal internet sebagai
ladang baru untuk memulai bisnis dan secara bersamaan StartUp lahir dan berkembang (Maxmonroe, 2014).
StartUp biasanya terdiri dari satu hingga delapan
orang, yang sebagian besar merupakan developer yang bersatu untuk menciptakan codebase
atau aplikasi yang manfaatnya mereka tawarkan kepada dunia. Codebase atau
aplikasi tersebut dapat diakses melalui web, dijalankan pada PC Windows, Linux
ataupun Mac, dan juga dapat dijalankan di smartphone seperti BlackBerry, Android,
iPhone, Nokia, dan lain-lain (Alamsyah, 2011). Sejak tahun 2016, StartUp Indonesia
diramaikan oleh sektor e-Commerce dan FinTech (Financial
Technology). Pada tahun ini, tren startup Indonesia mulai merambah
bidang lain yaitu agrikultur, seiring berjalan waktu banyak StartUp karya anak bangsa yang muncul dengan konsep Agriculture Tech dengan menitikberatkan
pada permasalahan aktivitas Supply Chain
di pertanian lokal ( Tekno Liputan6, 2017). Tren positif tersebut memberikan
akses kepada investor untuk menginvestasikan dana kepada petani melalui
perantara StartUp yang dipercaya dan
dapat dipantau dari penanaman tanaman hingga penjualan dipasar sehingga
investor tidak perlu khawatir atas dana yang telah diinvestasikan. Banyak StartUp yang menawarkan sistem bagi
hasil sehingga menjadi daya tarik bagi investor untuk berpartisipasi dalam
pembangunan pertanian lokal.
Pertanian menjadi sektor
strategis pembangunan di Aceh karena potensi sumberdaya pertanian yang melimpah
di wilayah ini. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan dan dikembangkan untuk
ketahanan pangan masyarakat Aceh. Produk unggulan Aceh yang banyak ditanam oleh
petani adalah padi, jagung, dan kedelai. Berdasarkan data Bappeda Aceh (2015), untuk
komoditas kedelai, kontribusi Provinsi Aceh terhadap nasional tahun 2014
sebesar 6,63 persen pada tahun 2014, dan menurun menjadi 5,19 persen pada tahun
2015. Pada tahun 2015 produksi kedelai mencapai 51.024 ton menurun sebesar
12.328 ton dibandingkan tahun 2014 sebesar 63.352 ton Permasalahan tersebut
menunjukkan untuk menjaga kestabilan produksi dari tanaman kedelai tersebut
diperlukan pemodalan kepada petani sehingga mampu mempertahankan serta
meningkatkan produksi. Selain
pemerintah, pemberian modal kepada petani dapat dilakukan pihak swasta ataupun
individu sehingga masyarakat bisa ikut andil dalam mensejahterakan petani
melalui perantara StartUp bidang
pertanian yang saat ini telah banyak berkembang.
B.
PEMBAHASAN
Tantangan pemerintah Indonesia yang
dikontrol oleh Kementrian Pertanian begitu besar untuk mewujudkan target
Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Potensi yang dimiliki Indonesia
sebagai negara agraris bukanlah hal yang tidak mungkin jika pencapaian target
berhasil dilaksanakan. Alasan tahun 2045 sebagai lumbung pangan dunia untuk
memberikan hadiah spesial kepada rakyat Indonesia atas kemerdekaan 100
tahun.
Peningkatan produksi yang dilakukan
pemerintah adalah komoditi pangan yaitu beras, jagung, gula, kedelai, daging
sapi, bawang dan lainnya. Untuk tahun 2016, produksi padi mencapai 79.1 juta
ton, naik 4.97% dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar 75.4 juta ton.
Sedangkan produksi jagung di tahun 2016 berada pada posisi 18.10% naik yang
sebelumnya dari 19.6 juta ton menjadi 23.2 juta ton tentu peningkatan tersebut
sangat signifikan. Sementara itu, pada komoditas kedelai mengalami penurunan
produksi yang diakibatkan harga yang tidak kompetitif yang terkesan merugikan
petani sehingga minat petani untuk menanam kedelai menurun serta permasalahan
cuaca menjadi hambatan utama yang dialami oleh petani (Bisnis Liputan 6, 2017).
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan
roadmap atau jalur pemetaan untuk pengembangan strategi komoditas pertanian.
Perencanaan
kenaikan produksi pangan dibuat sesuai dengan target komoditas yang dicapai
setiap tahunnya. Mulai dari
padi, bawang, merah dan cabai pada 2016. Kemudian jagung di 2017, gula konsumsi
di 2019, kedelai di 2020, gula industri di 2025, daging sapi di 2026, bawang
putih di 2033. Produksi bawang naik 5,74 persen dari 1,2 juta ton di
2015 menjadi 1,3 juta ton di 2016. Produksi jagung naik 18,10 persen dari 19,6
juta ton menjadi 23,2 juta ton. Sedangkan produksi cabai naik 9,95 persen dari
1,9 juta ton di 2015 menjadi 2,1 juta ton di 2016 (Bisnis Liputan6, 2017).
1. Pemanfaatan
Teknologi Informasi Pertanian
Perencanaan strategi Kementrian
Pertanian untuk mencapai target tersebut dengan berupaya memanfaatkan teknologi
dan informasi. Upaya yang dilakukan berupa meluncurkan sistem informasi
pertanian berbasis aplikasi smartphone
bernama Teknologi Pertanian Modern (TANAM). Aplikasi TANAM dapat mengetahui
peningkatan dan kemampuan dalam mencapai kedaulatan pangan. Aplikasi tersebut
juga menyediakan informasi dari pangkal hingga ujung permasalahan pertanian yang
meliputi sentra produksi, kesesuaian lahan, kesesuaian varietas dan sarana
produksi pertanian berupa informasi penyedia benih, pupuk dan alat mesin
pertanian. Selain itu aplikasi tersebut juga menyediakan media konsultasi
online antara petani, penyuluh, peneliti dan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan aplikasi ini, petani juga akan mengetahui keahlian penyuluh, peneliti, dosen
dan staf dinas yang online (Industri Bisnis, 2016). Alhasil, jika salah satu
komoditas pangan mengalami peningkatan produksi maka kesejahteraan petani dapat
terpenuhi dan komoditas tersebut akan terus diekspor tanpa harus berlama-lama
menunggu untuk dijual.
![]() |
Gambar 1. Aplikasi TANAM |
Langkah strategis yang dilakukan
pemerintah merupakan suatu momen gebrakan yang bagus untuk bisa dinikmati oleh
banyak petani. Pemanfaatan teknologi informasi yang diadopsi dapat terpantau
secara terus-menerus, sehingga adanya mafia pangan dan oknum dari penyelewengan
stok pangan dapat dihilangkan. Penyediaan teknologi dan informasi yang
diberikan pemerintah masih memiliki keterbatasan dalam menyediakan modal bagi
para petani, peran pemerintah melalui aplikasi TANAM hanya sebatas pemberian
informasi dan konsultasi terkait permasalahan pertanian yang dialami oleh
petani. Selain itu, dalam memberikan layanan pemodalan, investasi atau kredit,
aplikasi TANAM belum memiliki layanan yang mumpuni dari pemerintah kepada
petani tetapi pemerintah menyediakan layanan secara manual dengan berbagai program, seperti
koperasi simpan pinjam, dana desa dan juga KUR untuk petani. Sisi kekurangan aplikasi tersebut
banyak dimanfaatkan bagi pegiat teknologi dan informasi untuk bisa memiliki
andil dalam pembangunan pertanian terkhusus menargetkan Indonesia lumbung
pangan dunia 2045. Membangun perusahaan digital berbasis StartUp banyak bermunculan pada sektor pertanian.
Permasalahan petani yang sering dihadapi
antara lain; keterbatasan lahan produksi
atau lahan pertanian yang relatif kecil, tidak memilikinya izin atau sertifikat
untuk memperoleh pemodalan dan petani masih bergantung dengan peminjaman uang
melalui rentenir sehingga terlilit hutang. (Go UKM, 2017). Oleh karena itu
akses permodalan untuk petani perlu dikembangan. Dengan kondisi tersebut, lahirnya StartUp
bidang pertanian banyak bermunculan yang diprakarsai oleh perhatian
dan minat generasi muda terhadap perkembangan industri pertanian ke depan.
Melalui startup digital, anak-anak muda ini membangun hubungan dengan
para petani, pelaku usaha, serta akademisi, dalam melakukan sinergi demi
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, serta melakukan pendampingan bagi yang
membutuhkan di dunia pertanian (Hitsss, 2017).
![]() |
Gambar 2. Perusahaan Start-Up Bidang Pertanian |
Salah
satu StarUp pertanian terbesar yang
ada di Indonesia adalah iGrow. Startup
pertanian yang dibentuk oleh Andreas Senjaya ini, bertujuan mempertemukan
pemilik lahan, petani, investor, sekaligus konsumen. StartUp yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Hampir
seluruh lahan-lahan pertanian di Indonesia yang telah bergabung bersama iGrow. Selain
itu, tanaman yang diberdayakan iGrow tidak hanya terfokus kepada bahan pangan
pokok seperti padi, melainkan berbagai tanaman yang dibutuhkan masyarakata saat
ini. iGrow sendiri sudah mempunyai database untuk tanaman, harga dan
permintaan. Sehingga, ketersediaan bibit tanaman, stok tanaman, dan penjualan
pun bisa dipantau oleh investor dan petani langsung (Hitsss, 2017). Sementara itu, dalam hal keuntungan yang akan
diperoleh bagi Investor, iGrow memberlakukan sistem bagi hasil, 40 % untuk
pemilik lahan KKP, 40 % pengelola atas pekerjaannya sejak menanam sampai pohon
panen dan pengelolaan pohon ketika berbuah dan 20% untuk pekerjaan supervisi
dan administrasi – yang terdiri dari supervisor independent dan administrator
iGrow. Sampai saat ini, untuk di pasar Indonesia, iGrow telah berhasil
memberdayakan lebih dari 2200 petani di 1197 hektar lebih lahan dan memperoleh
lebih dari 500 ton panen kacang tanah yang berkualitas. Hasil panen tersebut
pun didistribusikan ke industri-industri besar seperti GarudaFood, Carrefour
dan sebagainya (Go UKM, 2017).
Saat ini, platform
iGrow masih melakukan pergerakan investasi pada komoditas cengkeh, untuk
memenuhi kebutuhan dan ketersediaan dalam negeri. Perkembangan StartUp yang begitu pesat dapat
dijadikan sebagai solusi bagi pemerintah untuk bekerjasama dan memberdayakan
masyarakat petani yang sejahtera. Memberikan kesempatan kepada masyarakat
lainnya untuk ikut andil memproduksi dan mengkonsumsi produk-produk pangan
dalam negeri.
2. Penerapan Teknologi Informasi Pertanian
Provinsi Aceh memiliki
komoditas unggulan yang masih dipertahankan
hingga dari tahun ke tahun terjadi peningkatan dari komoditas padi,
jagung, dan kedelai merupakan komoditas unggulan utama. Berdasarkan data dari
Bappeda Aceh yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penurun produksi yang
signifikan adalah komoditas kedelai yang cenderung rendah dalam pencapaian
produksi. Menurunnya produksi kedelai dipengaruhi oleh berkurangnya luas panen
kedelai sebesar 6.825 hektar pada tahun 2015, namun produktivitas tetap
meningkat. Sentra produksi kedelai terdapat di Kabupaten Bireuen dan Aceh
Timur.
Provinsi Aceh
berpotensi dan memiliki peluang untuk
meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal itu bisa dilakukan dengan
perluasan areal tanam dan upaya peningkatan produksi lainnya. Sehingga, Aceh menjadi
lumbung kedelai nasional. Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri
masihterbuka lebar. Apalagi
saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 ton/hektare dengan
kisaran 0,6-2,0 ton/ha ditingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah
mencapai 1,7-3,2 ton/ha. Seperti diketahui bersama, kebutuhan kedelai di
Indonesia sebanyak 2 juta ton, sedangkan produksi di dalam negeri hanya 800-900
ribu ton dan kekurangannya masih impor. (Aceh Tribunnews, 2013).
Perkembangan teknologi
informasi yang semakin hari semakin berkembang merupakan kesempatan bagi
masyarakat Aceh untuk bisa berpartisipasi mewujudkan Indonesia lumbung pangan
dunia 2045. Deklarasi program dari Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang berkaitan
dengan teknologi informasi adalah Aceh SIAT (Sistem Informasi Aceh Terpadu),
tentu program andalan tersebut dapat dijalankan dengan baik untuk bidang
pertanian selain bidang pembangunan. Salah satunya dengan melakukan kerja sama
dengan StartUp yang ada di Indonesia
dengan keterbukaan masyarakat Aceh kepada investor ke pertanian untuk
menargetkan peningkatan komoditas pangan kedelai.
C.
PENUTUP
Keberhasilan Indonesia
dalam melakukan swasembada beras di tahun 2016 merupakan bentuk kepercayaan
diri bagi pemerintah Indonesia untuk bisa melakukan hal yang lebih dengan
mencanangkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Perencanaan sedini
mungkin telah dilakukan dengan membuat roadmap
produksi tiap-tiap komoditas yang ditargetkan untuk setiap tahunnya.
Permasalahan yang banyak terjadi dikalangan petani terkendala akan ketersedian akses mendapatkan modal dan jika
gagal panen maka petani akan terlilit hutang untuk mengembalikan peminjaman
modal. Kepedulian generasi muda atas kepedulian perkembangan industri pertanian
ke depan. Munculnya StartUp merupakan
salah satu upaya untuk membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan
pertanian dan pemerintah dapat mencapai cita-cita mulia Indonesia sebagai
lumbung pangan dunia 2045. Kerja sama program Aceh SIAT dengan StartUp diharapkan mampu memberikan peningkatan
produksi komoditas kedelai Aceh
DAFTAR PUSTAKA
Acehkita. 2017. Berita : Penas
KTNA, Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045. http://www.acehkita.com/penas-ktna-menuju-indonesia-lumbung-pangan-dunia-2045/. Diakses tanggal : 11 Oktober 2017
Aceh Tribunnews. 2013. Berita : Aceh
Bisa Jadi Lumbung Kedelai Nasional. http://aceh.tribunnews.com/2013/03/25/aceh-bisa-jadi-lumbung-kedelai-nasional.
Diakses tanggal : 18 Oktober 2017
Alamsyah,
P. 2011. Reportase Start Up Indonesia
2010. LIPI Press, Jakarta.
Bappeda
Aceh. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Aceh. Percetakan Bappeda
Aceh, Provinsi Aceh
Bisnis
Liputan 6. 2017. Berita: RI Bermimpi Jadi Lumbung Pangan Dunia di 2045. http://bisnis.liputan6.com/read/2833912/ri-bermimpi-jadi-lumbung-pangan-dunia-di-2045.
Diakses tanggal : 18 Oktober 2017.
Go
UKM. 2017. Artikel: 5 Startup Pertanian Yang Mempermudah Akses Modal dari
Investor ke Petani. http://goukm.id/5-startup-hubungkan-petani-dengan-investor/.
Diakses tanggal : 18 Oktober 2017
Hitsss.
2017. Artikel: iGrow, Ci-Agriculture, Crowde, TaniHub,
LimaKilo, 5 Startup Inovatif Pendukung Pertanian Indonesia. https://www.hitsss.com/igrow-ci-agriculture-crowde-tanihub-limakilo-5-startup-inovatif-pendukung-pertanian-indonesia/.
Diakses tanggal : 18 Oktober 2017
Industri.bisnis.com.
2016. Berita: Informasi
Pertanian: Kementan Kembangkan Aplikasi Berbasis Smartphone. http://industri.bisnis.com/read/20161222/99/614461/informasi-pertanian-kementan-kembangkan-aplikasi-berbasis-smartphone.
Diakses tanggal : 18 Oktober 2017
Maxmonroe. 2014. Artikel : Apa Itu
Startup dan Bagaimana Perkembangannya di Indonesia?. https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup.html. Diakses tanggal : 11 Oktober 2017
Tekno Liputan 6. 2017. Berita: Bidang Pertanian Bakal Dominasi Tren Startup Indonesia 2017. http://tekno.liputan6.com/read/2979316/bidang-pertanian-bakal-dominasi-tren-startup-indonesia-2017. Diakses tanggal : 16 Oktober 2017.
PERHATIAN KEPADA PARA PEMBACA BAHWA TULISAN INI HANYA BISA DIJADIKAN REFERENSI DAN RUJUKAN DAN JANGAN DIJADIKAN UNTUK PLAGIASI DALAM TULISAN ANDA.
BERKARYALAH DENGAN BIJAK!!!!!
Tulisan ini merupakan hasil dari karya pada:
Kompetisi Karya Tulis Essay Juara 1 Biro Komunitas Pecinta Sains (KOMPAS) LDK Al-Ihsan FP USK Tahun 2017
BERKARYALAH DENGAN BIJAK!!!!!
Tulisan ini merupakan hasil dari karya pada:
Kompetisi Karya Tulis Essay Juara 1 Biro Komunitas Pecinta Sains (KOMPAS) LDK Al-Ihsan FP USK Tahun 2017
Tema: Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045
Sub Tema: Optimalisasi Teknologi dan Informasi Guna Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045