22 November 2018

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) Dengan Bahan Bakar Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASSA (PLTB) DENGAN BAHAN BAKAR LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Oleh: Wahyu Aulia, S.TP

A.  PENDAHULUAN
Kebutuhan energi listrik merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat. Persoalan krisis energi listrik menjadi hal besar yang dihadapi oleh pemerintah. Kebutuhan energi listrik yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik sehingga terjadi defisit energi listrik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, tingkat pemakaian bahan bakar sebagai pembangkit listrik terutama bahan bakar fosil (konvensional) didunia mengalami kelangkaan dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis bahan bakar.

Diperkirakan pada 2040, pembauran energi global akan menjadi yang paling beragam yang pernah ada di dunia, dengan minyak, gas, batubara, dan bahan bakar non-fosil masing-masing berkontribusi sekitar satu perempat dari total bauran. Kajian itu juga menunjukkan bahwa pada tahun 2040, energi terbarukan tumbuh lebih dari 400 persen dan berkontribusi lebih dari 50 persen pertumbuhan pembangkit listrik dunia (Industry.co.id, 2018).

Selain itu, kesadaran manusia akan lingkungan semakin tinggi sehingga muncul kekhawatiran meningkatnya laju pencemaran lingkungan terutama polusi  udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga muncul sebuah pemikiran penggunaan energi alternatif yang bersih. Beberapa jenis sumber energi alternatif yang bisa dikembangkan antara  lain: energi matahari, energi angin, energi panas bumi, energi panas laut (OTEC) dan energi biomassa.

Energi biomassa merupakan sumber energi alternatif yang perlu mendapat prioritas dalam pengembangannya dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), dan relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widarto dkk, 1995).

Indonesia menjadi negara produksi terbesar minyak sawit (Crude palm oil/CPO) dunia dengan hasil 28 juta ton. Produksi CPO Indonesia hampir 50% dari total produksi dunia memiliki potensi industri kelapa sawit yang kian prospektif yang menjadi sumber devisa negara dalam memproduksi minyak kelapa sawit. Peningkatan luas dan produksi perkebunan kelapa sawit telah mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan, diantaranya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang menghasilkan CPO. PKS merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan dan hanya menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7 % inti sawit (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75 % adalah residu hasil pengolahan berupa limbah (Sudiyani dkk, 2010).


Limbah pengolahan kelapa sawit umumya menghasilkan limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Pada limbah padat yang dihasilkan salah satunya adalah Tandan kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan (renewable energy). Pembusukan TKSS juga menyebabkan terproduksinya lindi (leachate) yang dapat mengakibatkan pencemaran air tanah dan air permukaan. Melihat potensi pencemaranya terhadap lingkungan maka limbah TKKS harus dikelola secara bijaksana. (Rahmawati, 2011). Pemanfaatan TKKS sebagai bahan bakar pembangkit listrik dilakukan dengan menggunakan proses gasifikasi sehingga menjadi pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB).

B.  PEMBAHASAN
Permasalahan dalam memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah mengoptimalkan pemanfaatan limbah tersebut sehingga menjadi lebih efisien dan menghasilkan nilai ekonomis tinggi. TKKS merupakan bagian dari produk sampingan (by-product) dalam bentuk padatan dari pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit  berdasarkan rerata nisbah produksi tandan kosong kelap sawit terhadap jumlah total tandan buah segar (TBS) yang diolah.

Setiap pengolahan 1 ton TBS akan dihasilkan TKKS sebanyak 22–23% atau sebanyak 220–230 kg TKKS (Hambali, 2007). Namun hingga saat ini, pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit belum digunakan secara optimal. Sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia masih membakar TKKS dalam incinerator yang telah dilarang oleh pemerintah. Selain itu, limbah padat tandan kosong dilakukan dengan menimbun (open dumping), penyubur tanaman sawit sebagai pupuk, atau diolah menjadi kompos dan briket. Bagaimanapun juga, pengembalian bahan organik kelapa sawit ke tanah akan menjaga pelestarian kandungan bahan organik lahan kelapa sawit demikian pula hara tanah jika penanganan yang tidak sesuai tentu mengakibatkan pencemaran air dan tanah. Limbah padat TKKS yang dikonversi sebagai energi bahan bakar pembangkit listrik memberikan manfaat secara luas sebagai penyuplai energi listrik di pabrik dan masyarakat.

1.    Pemanfaatan Limbah Sebagai Energi Listrik
Limbah tandan kosong kelapa sawit merupakan biomassa bahan baku padat atau biomassa padat. Biomassa sebenarnya sudah dikonversi menjadi energi sejak beberapa abad lalu, namun penerapanannya masih sangatlah sederhana yang mana biomassa langsung dibakar untuk menghasilkan panas. Namun seiring perkembangan zaman, panas yang dihasilkan oleh pembakaran biomassa telah digunakan untuk menghasilkan uap dalam boiler. Uap ini digunakan untuk memutar turbin yang mana nantinya menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik. Biomassa dapat dimanfaatkan untuk memproduksi energi salah satunya melalui proses termokimia contohnya pirolisis, gasifikasi, dan pembakaran. Perbedaan jenis konversi energi tersebut terletak pada banyaknya suplay oksigen saat konversi berlangsung sedangkan pirolisis cenderung tidak membutuhkan oksigen pada prosesnya. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dengan pemanfaaan limbah tandan kosong kelapa sawit yang dilakukan menggunakan konversi energi secara gasifikasi.

Proses gasifikasi terdiri dari empat tahapan proses atas dasar perbedaan rentang kondisi temperatur, yaitu pengeringan (T > 150 °C), pirolisis (150 °C  < T < 700 °C), oksidasi (700 °C < T < 1500 °C), dan reduksi (800 °C < T < 1000 °C) (Siregar, 2016). Gasifikasi merupakan proses pembakaran tidak sempurna bahan baku padat biomassa yang melibatkan reaksi antara oksigen secara terbatas dengan bahan bakar padat berupa biomassa. Hasil pembakaran biomassa yang berupa uap air dan karbon dioksida direduksi menjadi gas yang mudah terbakar, yaitu hidrogen (H2), karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Gas-gas produksi ini disebut dengan synthetic gas atau syngas. Salah satu jenis gasifier yang sederhana dan banyak digunakan yaitu jenis downdraft gasifier. Keuntungan yang didapat dari menggunakan reactor gasifikasi tipe downdraft yaitu gas yang dihasilkan lebih bersih dibandingkan tipe lainnya. Gasifikasi tipe downdraft dapat diaplikasikan sebagai pembangkit daya, seperti daya listrik atau mesin (Purnomo, 2012). Teknologi gasifikasi sangat layak digunakan terutama memiliki sumber biomassa yang banyak seperti di Pabrik Kelapa Sawit.

Gambar 1. Skema Proses Gasifikasi


Telah diketahui sebelumnya bahwa proses gasifikasi memiliki empat tahapan proses dimana proses tersebut terjadi pada tabung reaktor. Di dalam reaktor tersebut terjadi empat proses yang berbeda yang berlangsung sekaligus dalam prosesnya. Uraian proses tersebut dirincikan sebagai berikut:
1. Pengeringan yaitu kandungan air yang ada dalam biomassa diekstrak dalam bentuk uap tanpa adanya dekomposisi kimia dari biomasa.
2.  Pirolisis, Setelah pengeringan dilakukan, bahan bakar akan turun dan menerima panas sebesar 250-500°C dalam kondisi tanpa udara. Pirolisis dimulai dari dekomposisi hemiselulosa pada 200-250, dekomposisi selulosa sampai 350°C, dan pirolisis berakhir pada 500°C. Selanjutnya pengarangan berlangsung pada 500-900°C, yang terjadi pada batas zona pirolisis dan oksidasi. Produk dari proses ini terbagi menjadi produk cair (Tar dan PAH), produk gas (H2, CO, CO2, H2O, CH4), tar dan arang.1.     
3.    Pembakaran adalah proses untuk menghasilkan panas yang memanaskan lapisan karbon dibawah. Arang yang terbentuk dari ujung zona pirolisis masuk keoksidasi, selanjutnya dibakar pada temperatur operasi yang cukup tinggi 900-1400°C. Distribusi oksigen yang merata akan menyempurnakan proses oksidasi sehingga dihasilkan tempe-ratur maksimal dalam keseluruhan proses gasifikasi. Sekitar 20% arang beserta volatil teroksidasi dengan memanfaatkan O2 yang terbatas, sisa 80% arang turun kebawah menuju bagian reduksi yang hampir semuanya akan dipakai, menyisakan abu yang jatuh ke tempat pembuangan.
4.  Reduksi adalah Proses yang bersifat mengambil panas yang berlangsung pada suhu 400- 900°C. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia yang merupakan proses penting terbentuknya beberapa senyawa yang berguna untuk menghasilkan combustible gas seperti H2, CO, CH4 atau yang dikenal dengan producer gas.

Gambar 2. Tabung Reaktor Gasifikasi



  Producer gas dari gasifikasi biomassa hasil dari proses pemurnian (syngas) dapat dijadikan sebagai bahan bakar mesin pembakaran internal penggerak (diesel maupun bensin) generator listrik. Pada mesin bensin dapat dioperasikan menggunakan injeksi syngas tanpa bensin. Sedangkan pada mesin diesel, syngas tidak dapat dipakai 100%, karena suhu dan tekanan di dalam silnder tidak dapat menyalakan campuran udara dan syngas. Selama injeksi campuran udara dan syngas diperlukan injeksi solar sebagai pemantik. Pemakaian syngas pada mesin diesel mampu mensubtitusi kebutuhan solar hampir 70%. Daya listrik yang dihasilkan tergantung pada generator listrik yang digunakan semakin besar spesifkasi daya mesin maka semakin besar daya listrik yang dihasilkan. Tetapi, perlu disesuaikan kapasitas gasifikasi dengan daya listrik dibutuhkan.


2.    Realisasi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar biomassa dapat dijadikan sumber energi listrik di pabrik PKS tidak hanya mampu menyediakan energi sendiri untuk pabrik juga mampu mengurangi emisi pembakaran. Pengurangan emisi dikarenakan pembakaran tandan kosong kelapa sawit mengasilkan emisi yang lebih sedikit bahkan hampir mendekati nol dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, pemabakaran tersebut dapat menghindari timbulnya gas metana dari penumpukan tandan kosong kelapa sawit.
Penerapan biomassa tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PTLB) setidaknya memberikan dampak dalam pengurangan energi fosil terutama sebagai pembangkit listrik. Studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan biomassa tandan kosong sebagai bahan bakar PLTB melalui proses gasifikasi menjalankan mesin pembangkit listrik (generator) dengan berkapasitas 50 kW dan bisa mengangkat beban hingga 40 kW atau efisiensi 80% selama enam jam. Kapasitas daya yang dihasilkan sebesar 40 kW dapat membantu kebutuhan energi untuk 80 kepala keluarga dengan konsumsi rerata per satu kepala keluraga sebesar 450 watt. Tentu potensi tersebut memberikan pemerintah untuk bisa membuat kebijakan dalam upaya pemerataan listrik.
Pemerintah sebagai pengambil keputusan tertinggi sudah saatnya untuk lebih memanfaatkan melihat peluang tersebut. Selain sebagai upaya penghematan dan penggunaan energi bersih juga mampu melakukan pemerataan energi listrik disetiap daerah yang minim dan tidak terjangkau dengan aliran listrik. Potensi biomassa terutama tandan kosong kelapa sawit yang banyak dihasilkan dari pengolahan pabrik PKS, sebaik mungkin segera direalisasikan sebagai pasokan energi secara mandiri. Kebijakan-kebijakan pemerintah seharusnya menegaskan kepada perusahaan kelapa sawit dalam pengolahaan limbah padatnya untuk dikonversi menjadi energi listrik. Upaya tersebut tentu memberikan dampak yang sangat besar, dikarenakan banyak pabrik PKS masih menggantungkan diri untuk menyuplai energi listrik berasal dari perusahan listrik negara (PT. PLN Persero). Alhasil, banyak energi listrik tersebut dialihkan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat atau disalurkan kepada masyarakat yang masih membutuhkan.
kebijakan pemerintah melalui berbagai kementerian terkait perlu dipastikan benar-benar mendukung investasi energi baru dan terbarukan yang selama ini dinilai belum optimal dalam pengembangannya. Pemerintah sebaiknya berupaya untuk memberikan penekanan terhadap perusahaan lain non-industri perkebunan untuk berpartisipasi. Program Corporat Social Responsibility (CSR) merupakan program tanggung jawab sosial sebuah perusahaan dalam mensejahterakan masyarakat. Progam tersebut yang sangat strategis dapat diaplikasikan sebagai salah satu cara membantu masyarakat dalam memasok energi listrik dengan pembangkit listrik tenaga biomassa. Pemerintah setidaknya mewajibkan kepada perusahaan untuk menggunakan dana CSR untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan energi listrik secara merata, meskipun hanya sekali dalam setahun. Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa Indonesia sebagai negara Agraris mampu memanfaatkan potensinya untuk mandiri dalam penggunaan energi alternatif

C.  PENUTUP.
Krisis energi dunia yang sedang menjadi isu terkini telah memberikan dampak-dampak yang mengkhawatirkan terutama penggunaan energi bidang kelistrikan. Upaya dan kajian energi yang telah banyak dilakukan bermaksud untuk melakukan pemanfaatan energi selain dari energi fosil. Energi alternatif merupakan solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi tersebut. Kesadaran masyarakat merasa khawatir terhadap pencemaran lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia, maka dari itu harapan yang dinanti akan adanya perubahan penggunaan energi selain energi fosil. Limbah padat tandan kosong kelapa sawit dapat dijadikan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB) melalui proses gasifikasi, potensi listrik yang dihasilkan mampu memenuhi kekurangan atau mengganti energi listrik dalam industri dan rumah tangga. Upaya pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukan menghasilkan keuntungan yang sangat baik yaitu: mengentas krisis energi secara mandiri, penanggulangan limbah padat dan menghasilkan energi alternatif.

    DAFTAR PUSTAKA
  
     Hambali, E. 2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka. Bogor.

Industry.co.id. 2018. Opini: Seiring Bertambahnya Kebutuhan Energi Global, Peran Energi Terbarukan Akan Semakin Meningkat. http://www.industry.co.id/read/26852/seiring-bertambahnya-kebutuhan-energi-global-peran-energi-terbarukan-akan-semakin-meningkat. Diakses tanggal : 5 Maret 2018
.
Purnomo, C, W. 2012. Prinsip Dasar Gasifikasi Biomasa. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik. UGM Press. Yogyakarta.

Rahmawati, D. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diawak Dibergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 4 Maret 2018.

Siregar, K., Sholihati., Syafriandi. 2016. The Potential Application of Gasification for Biomass Power Generation in Isolated Area from National Electricity Company in Indonesia. Internasional Journal of Engineering Research and Applications. Vol. 6, pp.09-16.

Sudiyani, Y., Heru, R. & Alawiyah, S. 2010. Pemanfaatan Biomassa Limbah Lignoselulosa untuk Bioetanol sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan. Ecolab. 4(1), 1-54.

    Widarto. 1995. Membuat Bioarang Dari Kotoran Lembu. Kanisius.Yogyakarta.

KEPADA PARA PEMBACA AGAR TIDAK MEMPLAGIASI TULISAN INI AKAN TETAPI DAPAT DIJADIKANSEBAGAI REFERENSI DAN RUJUKAN. 
BERKARYALAH DENGAN BIJAK!!!!

Tulisan ini merupakan hasil dari karya:
LOMBA ESSAI NASIONAL BIODIVERSITAS 2018
DENGAN TEMA: KITA UNTUK BUMI HARI INI, ESOK DAN NANTI

Sub Tema:
Penerapan Ilmu Sains dan Teknologi Sebagai Pengendali Pencemaran Lingkungan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar