11 Agustus 2018

Peningkatan Produksi Komoditas Kedelai Aceh Melalui Start-Up Bidang Pertanian Untuk Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan 2045

Peningkatan Produksi Komoditas Kedelai Aceh Melalui Start-Up Bidang Pertanian Untuk Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan 2045


Oleh: Wahyu Aulia, S.TP

  A.    PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis berhasil menorehkan prestasi yang mendunia dengan melakukan gebrakan swasembada pangan beras pada tahun 2016. Keberhasilan tersebut mampu memecahkan kebuntuan setelah 32 tahun Indonesia tidak mencapai target tersebut. Organisasi pangan dunia, Food Agriculture Organization (FAO) dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengapresiasi langkah Indonesia dalam berpartisipasi memenuhi kebutuhan pangan dunia terkhusus di ASEAN melalui kebijakan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian di Indonesia (Acehkita, 2017).
Pencapaian besar yang dilakukan pemerintah tersebut menjadikan sebuah momen untuk berupaya meningkatkan kapasitas sebagai negara agraris dengan menargetkan Indonesia lumbung pangan dunia 2045. Untuk mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia tersebut, Kementerian Pertanian memfokuskan peningkatan kapasitas hasil pertanian serta mendorong produksi dengan cara meningkatkan sarana dan prasarana serta teknologi informasi. Selain pengadaan alsintan, irigasi, dan teknologi terapan lapangan dibutuhkan juga teknologi informasi (internet) untuk mempermudah perolehan informasi.
Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat banyak memberikan dampak perubahan dalam kehidupan manusia. Salah satunya perkembangan StartUp yang meningkat secara masif di Indonesia, hingga menjadi tren dalam berwirausaha melalui digital. Istilah kata StartUp masih terasa asing jika didengar oleh orang banyak. Menurut sumber informasi Wikipedia, StartUp adalah sebuah perusahaan rintisan, umumnya disebut start up (atau ejaan lain yaitu start-up), merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Kemunculan StartUp sendiri mulai popular secara internasional pada masa buble dot-com. Fenomena buble dot-com terjadi pada periode 1998-2000 dengan  banyak munculnya perusahaan dot-com yang didirikan secara bersamaan. Pada masa itu sedang gencar-gencarnya perusahaan membuka website pribadinya sehingga semakin banyak orang yang mengenal internet sebagai ladang baru untuk memulai bisnis dan secara bersamaan StartUp lahir dan berkembang (Maxmonroe, 2014).
StartUp biasanya terdiri dari satu hingga delapan orang, yang sebagian besar merupakan developer yang bersatu untuk menciptakan codebase atau aplikasi yang manfaatnya mereka tawarkan kepada dunia. Codebase atau aplikasi tersebut dapat diakses melalui web, dijalankan pada PC Windows, Linux ataupun Mac, dan juga dapat dijalankan di smartphone seperti BlackBerry, Android, iPhone, Nokia, dan lain-lain (Alamsyah, 2011). Sejak tahun 2016, StartUp Indonesia diramaikan oleh sektor e-Commerce dan FinTech (Financial Technology). Pada tahun ini, tren startup Indonesia mulai merambah bidang lain yaitu agrikultur, seiring berjalan waktu banyak StartUp  karya anak bangsa yang muncul dengan konsep Agriculture Tech dengan menitikberatkan pada permasalahan aktivitas Supply Chain di pertanian lokal ( Tekno Liputan6, 2017). Tren positif tersebut memberikan akses kepada investor untuk menginvestasikan dana kepada petani melalui perantara StartUp yang dipercaya dan dapat dipantau dari penanaman tanaman hingga penjualan dipasar sehingga investor tidak perlu khawatir atas dana yang telah diinvestasikan. Banyak StartUp yang menawarkan sistem bagi hasil sehingga menjadi daya tarik bagi investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian lokal.
Pertanian menjadi sektor strategis pembangunan di Aceh karena potensi sumberdaya pertanian yang melimpah di wilayah ini. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan dan dikembangkan untuk ketahanan pangan masyarakat Aceh. Produk unggulan Aceh yang banyak ditanam oleh petani adalah padi, jagung, dan kedelai.  Berdasarkan data Bappeda Aceh (2015), untuk komoditas kedelai, kontribusi Provinsi Aceh terhadap nasional tahun 2014 sebesar 6,63 persen pada tahun 2014, dan menurun menjadi 5,19 persen pada tahun 2015. Pada tahun 2015 produksi kedelai mencapai 51.024 ton menurun sebesar 12.328 ton dibandingkan tahun 2014 sebesar 63.352 ton Permasalahan tersebut menunjukkan untuk menjaga kestabilan produksi dari tanaman kedelai tersebut diperlukan pemodalan kepada petani sehingga mampu mempertahankan serta meningkatkan produksi. Selain pemerintah, pemberian modal kepada petani dapat dilakukan pihak swasta ataupun individu sehingga masyarakat bisa ikut andil dalam mensejahterakan petani melalui perantara StartUp bidang pertanian yang saat ini telah banyak berkembang.

B.    PEMBAHASAN
Tantangan pemerintah Indonesia yang dikontrol oleh Kementrian Pertanian begitu besar untuk mewujudkan target Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris bukanlah hal yang tidak mungkin jika pencapaian target berhasil dilaksanakan. Alasan tahun 2045 sebagai lumbung pangan dunia untuk memberikan hadiah spesial kepada rakyat Indonesia atas kemerdekaan 100 tahun. 
Peningkatan produksi yang dilakukan pemerintah adalah komoditi pangan yaitu beras, jagung, gula, kedelai, daging sapi, bawang dan lainnya. Untuk tahun 2016, produksi padi mencapai 79.1 juta ton, naik 4.97% dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar 75.4 juta ton. Sedangkan produksi jagung di tahun 2016 berada pada posisi 18.10% naik yang sebelumnya dari 19.6 juta ton menjadi 23.2 juta ton tentu peningkatan tersebut sangat signifikan. Sementara itu, pada komoditas kedelai mengalami penurunan produksi yang diakibatkan harga yang tidak kompetitif yang terkesan merugikan petani sehingga minat petani untuk menanam kedelai menurun serta permasalahan cuaca menjadi hambatan utama yang dialami oleh petani (Bisnis Liputan 6, 2017). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan roadmap atau jalur pemetaan untuk pengembangan strategi komoditas pertanian.
Perencanaan kenaikan produksi pangan dibuat sesuai dengan target komoditas yang dicapai setiap tahunnya. Mulai dari padi, bawang, merah dan cabai pada 2016. Kemudian jagung di 2017, gula konsumsi di 2019, kedelai di 2020, gula industri di 2025, daging sapi di 2026, bawang putih di 2033. Produksi bawang naik 5,74 persen dari 1,2 juta ton di 2015 menjadi 1,3 juta ton di 2016. Produksi jagung naik 18,10 persen dari 19,6 juta ton menjadi 23,2 juta ton. Sedangkan produksi cabai naik 9,95 persen dari 1,9 juta ton di 2015 menjadi 2,1 juta ton di 2016 (Bisnis Liputan6, 2017).

1.    Pemanfaatan Teknologi Informasi Pertanian
Perencanaan strategi Kementrian Pertanian untuk mencapai target tersebut dengan berupaya memanfaatkan teknologi dan informasi. Upaya yang dilakukan berupa meluncurkan sistem informasi pertanian berbasis aplikasi smartphone bernama Teknologi Pertanian Modern (TANAM). Aplikasi TANAM dapat mengetahui peningkatan dan kemampuan dalam mencapai kedaulatan pangan. Aplikasi tersebut juga menyediakan informasi dari pangkal hingga ujung permasalahan pertanian yang meliputi sentra produksi, kesesuaian lahan, kesesuaian varietas dan sarana produksi pertanian berupa informasi penyedia benih, pupuk dan alat mesin pertanian. Selain itu aplikasi tersebut juga menyediakan media konsultasi online antara petani, penyuluh, peneliti dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan aplikasi ini, petani juga akan mengetahui keahlian penyuluh, peneliti, dosen dan staf dinas yang online (Industri Bisnis, 2016). Alhasil, jika salah satu komoditas pangan mengalami peningkatan produksi maka kesejahteraan petani dapat terpenuhi dan komoditas tersebut akan terus diekspor tanpa harus berlama-lama menunggu untuk dijual.

Gambar 1. Aplikasi TANAM
Langkah strategis yang dilakukan pemerintah merupakan suatu momen gebrakan yang bagus untuk bisa dinikmati oleh banyak petani. Pemanfaatan teknologi informasi yang diadopsi dapat terpantau secara terus-menerus, sehingga adanya mafia pangan dan oknum dari penyelewengan stok pangan dapat dihilangkan. Penyediaan teknologi dan informasi yang diberikan pemerintah masih memiliki keterbatasan dalam menyediakan modal bagi para petani, peran pemerintah melalui aplikasi TANAM hanya sebatas pemberian informasi dan konsultasi terkait permasalahan pertanian yang dialami oleh petani. Selain itu, dalam memberikan layanan pemodalan, investasi atau kredit, aplikasi TANAM belum memiliki layanan yang mumpuni dari pemerintah kepada petani tetapi pemerintah menyediakan layanan secara manual dengan berbagai program, seperti koperasi simpan pinjam, dana desa dan juga KUR untuk petani. Sisi kekurangan aplikasi tersebut banyak dimanfaatkan bagi pegiat teknologi dan informasi untuk bisa memiliki andil dalam pembangunan pertanian terkhusus menargetkan Indonesia lumbung pangan dunia 2045. Membangun perusahaan digital berbasis StartUp banyak bermunculan pada sektor pertanian.
Permasalahan petani yang sering dihadapi antara lain;  keterbatasan lahan produksi atau lahan pertanian yang relatif kecil, tidak memilikinya izin atau sertifikat untuk memperoleh pemodalan dan petani masih bergantung dengan peminjaman uang melalui rentenir sehingga terlilit hutang. (Go UKM, 2017). Oleh karena itu akses permodalan untuk petani perlu dikembangan. Dengan kondisi tersebut,  lahirnya StartUp bidang pertanian banyak bermunculan yang diprakarsai oleh perhatian dan minat generasi muda terhadap perkembangan industri pertanian ke depan. Melalui startup digital, anak-anak muda ini membangun hubungan dengan para petani, pelaku usaha, serta akademisi, dalam melakukan sinergi demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi, serta melakukan pendampingan bagi yang membutuhkan di dunia pertanian (Hitsss, 2017).

Gambar 2. Perusahaan Start-Up Bidang Pertanian
Salah satu StarUp pertanian terbesar yang ada di Indonesia adalah iGrow. Startup pertanian yang dibentuk oleh Andreas Senjaya ini, bertujuan mempertemukan pemilik lahan, petani, investor, sekaligus konsumen. StartUp  yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Hampir seluruh lahan-lahan pertanian di Indonesia yang telah bergabung bersama iGrow. Selain itu, tanaman yang diberdayakan iGrow tidak hanya terfokus kepada bahan pangan pokok seperti padi, melainkan berbagai tanaman yang dibutuhkan masyarakata saat ini. iGrow sendiri sudah mempunyai database untuk tanaman, harga dan permintaan. Sehingga, ketersediaan bibit tanaman, stok tanaman, dan penjualan pun bisa dipantau oleh investor dan petani langsung (Hitsss, 2017).  Sementara itu, dalam hal keuntungan yang akan diperoleh bagi Investor, iGrow memberlakukan sistem bagi hasil, 40 % untuk pemilik lahan KKP, 40 % pengelola atas pekerjaannya sejak menanam sampai pohon panen dan pengelolaan pohon ketika berbuah dan 20% untuk pekerjaan supervisi dan administrasi – yang terdiri dari supervisor independent dan administrator iGrow. Sampai saat ini, untuk di pasar Indonesia, iGrow telah berhasil memberdayakan lebih dari 2200 petani di 1197 hektar lebih lahan dan memperoleh lebih dari 500 ton panen kacang tanah yang berkualitas. Hasil panen tersebut pun didistribusikan ke industri-industri besar seperti GarudaFood, Carrefour dan sebagainya (Go UKM, 2017).
Saat ini, platform iGrow masih melakukan pergerakan investasi pada komoditas cengkeh, untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan dalam negeri. Perkembangan StartUp yang begitu pesat dapat dijadikan sebagai solusi bagi pemerintah untuk bekerjasama dan memberdayakan masyarakat petani yang sejahtera. Memberikan kesempatan kepada masyarakat lainnya untuk ikut andil memproduksi dan mengkonsumsi produk-produk pangan dalam negeri.

2.    Penerapan Teknologi Informasi Pertanian
Provinsi Aceh memiliki komoditas unggulan yang masih dipertahankan  hingga dari tahun ke tahun terjadi peningkatan dari komoditas padi, jagung, dan kedelai merupakan komoditas unggulan utama. Berdasarkan data dari Bappeda Aceh yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penurun produksi yang signifikan adalah komoditas kedelai yang cenderung rendah dalam pencapaian produksi. Menurunnya produksi kedelai dipengaruhi oleh berkurangnya luas panen kedelai sebesar 6.825 hektar pada tahun 2015, namun produktivitas tetap meningkat. Sentra produksi kedelai terdapat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Timur.
Provinsi Aceh berpotensi  dan memiliki peluang untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal itu bisa dilakukan dengan perluasan areal tanam dan upaya peningkatan produksi lainnya. Sehingga, Aceh menjadi lumbung kedelai nasional. Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masihterbuka lebar. Apalagi saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 ton/hektare dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha ditingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-3,2 ton/ha. Seperti diketahui bersama, kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak 2 juta ton, sedangkan produksi di dalam negeri hanya 800-900 ribu ton dan kekurangannya masih impor. (Aceh Tribunnews, 2013).
Perkembangan teknologi informasi yang semakin hari semakin berkembang merupakan kesempatan bagi masyarakat Aceh untuk bisa berpartisipasi mewujudkan Indonesia lumbung pangan dunia 2045. Deklarasi program dari Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang berkaitan dengan teknologi informasi adalah Aceh SIAT (Sistem Informasi Aceh Terpadu), tentu program andalan tersebut dapat dijalankan dengan baik untuk bidang pertanian selain bidang pembangunan. Salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan StartUp yang ada di Indonesia dengan keterbukaan masyarakat Aceh kepada investor ke pertanian untuk menargetkan peningkatan komoditas pangan kedelai.

C.    PENUTUP
Keberhasilan Indonesia dalam melakukan swasembada beras di tahun 2016 merupakan bentuk kepercayaan diri bagi pemerintah Indonesia untuk bisa melakukan hal yang lebih dengan mencanangkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Perencanaan sedini mungkin telah dilakukan dengan membuat roadmap produksi tiap-tiap komoditas yang ditargetkan untuk setiap tahunnya. Permasalahan yang banyak terjadi dikalangan petani terkendala akan  ketersedian akses mendapatkan modal dan jika gagal panen maka petani akan terlilit hutang untuk mengembalikan peminjaman modal. Kepedulian generasi muda atas kepedulian perkembangan industri pertanian ke depan. Munculnya StartUp merupakan salah satu upaya untuk membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan pertanian dan pemerintah dapat mencapai cita-cita mulia Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Kerja sama program Aceh SIAT dengan StartUp diharapkan mampu memberikan peningkatan produksi komoditas kedelai Aceh

DAFTAR PUSTAKA
Acehkita. 2017. Berita : Penas KTNA, Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045. http://www.acehkita.com/penas-ktna-menuju-indonesia-lumbung-pangan-dunia-2045/. Diakses tanggal : 11 Oktober 2017

Aceh Tribunnews. 2013. Berita : Aceh Bisa Jadi Lumbung Kedelai Nasional. http://aceh.tribunnews.com/2013/03/25/aceh-bisa-jadi-lumbung-kedelai-nasional. Diakses tanggal : 18 Oktober 2017


Alamsyah, P.  2011. Reportase Start Up Indonesia 2010. LIPI Press, Jakarta.

Bappeda Aceh. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Aceh. Percetakan Bappeda Aceh, Provinsi Aceh

Bisnis Liputan 6. 2017. Berita: RI Bermimpi Jadi Lumbung Pangan Dunia di 2045. http://bisnis.liputan6.com/read/2833912/ri-bermimpi-jadi-lumbung-pangan-dunia-di-2045. Diakses tanggal : 18 Oktober 2017.

Go UKM. 2017. Artikel: 5 Startup Pertanian Yang Mempermudah Akses Modal dari Investor ke Petani. http://goukm.id/5-startup-hubungkan-petani-dengan-investor/. Diakses tanggal : 18 Oktober 2017

Hitsss. 2017. Artikel: iGrow, Ci-Agriculture, Crowde, TaniHub, LimaKilo, 5 Startup Inovatif Pendukung Pertanian Indonesia. https://www.hitsss.com/igrow-ci-agriculture-crowde-tanihub-limakilo-5-startup-inovatif-pendukung-pertanian-indonesia/. Diakses tanggal : 18 Oktober 2017

Industri.bisnis.com. 2016. Berita: Informasi Pertanian: Kementan Kembangkan Aplikasi Berbasis Smartphone. http://industri.bisnis.com/read/20161222/99/614461/informasi-pertanian-kementan-kembangkan-aplikasi-berbasis-smartphone. Diakses tanggal : 18 Oktober 2017

 

Maxmonroe. 2014. Artikel : Apa Itu Startup dan Bagaimana Perkembangannya di Indonesia?. https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup.html. Diakses tanggal : 11 Oktober 2017

 

Tekno Liputan 6. 2017. Berita: Bidang Pertanian Bakal Dominasi Tren Startup Indonesia 2017. http://tekno.liputan6.com/read/2979316/bidang-pertanian-bakal-dominasi-tren-startup-indonesia-2017. Diakses tanggal : 16 Oktober 2017. 



PERHATIAN KEPADA PARA PEMBACA BAHWA TULISAN INI HANYA BISA DIJADIKAN REFERENSI DAN RUJUKAN DAN JANGAN DIJADIKAN UNTUK PLAGIASI DALAM TULISAN ANDA. 
BERKARYALAH DENGAN BIJAK!!!!!

Tulisan ini merupakan hasil dari karya pada:
Kompetisi Karya Tulis Essay Juara 1 Biro Komunitas Pecinta Sains (KOMPAS) LDK Al-Ihsan FP USK Tahun 2017


Tema: Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045
Sub Tema: Optimalisasi Teknologi dan Informasi Guna Mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045


Tidak ada komentar:

Posting Komentar